Despite the wheezing and terrible cough since the night before day D, Musa fought his weakness to join his first undokai, which was happened to coincide with “Health and Sports Day” holiday in Japan. He almost gave up to go and kept saying “I’m feeling not good”, but his motivation came out as we arrived at the venue and he was able to join all the programs for nenshou group (年少組) until finished. What a beautiful moment to remember the whole life 💙
[The full story will be written in Bahasa Indonesia with picture captions in English]
Sekilas Tentang Undokai
Undokai adalah salah satu event yang paling ditunggu ortu anak sekolahan di Jepang, apalagi yang newbie macam kami 😂. Secara bahasa, undokai berasal dari kata undo (運動) yang artinya olahraga (exercise, sport) dan kai (会), yaitu sebuah pertemuan atau kumpul-kumpul (gathering). Kebayang, kan, maknanya? Acara ini semacam pesta olahraga di mana tiap sekolah mengadakan sendiri-sendiri untuk muridnya. Cuma sehari aja, tapi di situ jadi ajang anak-anak untuk unjuk kebolehan di depan keluarganya. Bukan hanya orang tua, para native biasanya rombongan nontonnya sama kakek, nenek, paman, bibi, atau saudara si anak. Di Ota-ku, area yang kami tinggali di Tokyo, untuk anak-anak berkebutuhan khusus, mereka disatukan dalam satu ajang undokai tersendiri yang diselenggarakan oleh pemerintah kota. Keren, ya, udah kaya Asian Games atau Olympic aja ada versi “Para”-nya juga.
Umumnya undokai diadakan sekitar Oktober sebelum, saat, atau setelah Hari Kesehatan dan Olah Raga yang jadi libur nasional. Namun, sebagian sekolah tingkat SD ke atas ada juga yang lebih dulu mengadakannya di bulan Mei. Menurut saya strategi ini bagus, sih.. jadi kehebohan persiapannya nggak terpusat di satu periode yang sama seperti di Indonesia ketika peringatan Hari Kemerdekaan. Belanja di toko banyak saingan, nyewa baju harus rebutan, semua sibuk beresin tugas masing-masing nggak bisa saling gantiin.. dan sebagainya. Hehe. Efek baiknya juga, TK-TK yang umumnya tidak punya lapangan jadi bisa pinjam gedung SD yang sedang kosong (tidak ada undokai di bulan Oktober). Gedung SD di Jepang memang standarnya harus punya lapangan yang cukup luas untuk kegiatan olah tubuh. Kalo TK palingan halaman buat playground aja punyanya.
Jadwal diubah karena faktor cuaca
Undokai Musa harusnya diadakan Sabtu (10/6) dan sejak jauh hari dipublikasikan bahwa jika cuaca tidak suportif akan diubah ke hari Minggu-nya (10/7), tapi ternyata ramalan cuaca weekend itu kurang bagus. Sabtu diprediksi hujan dan Minggu ada taifu. Begitu nerima email dari sekolah di hari Jumat kalo undokai diundur jadi Senin, jujur aja Mama agak kecewa. Selain mood Musa lagi bagus saat itu, Papa pun tetap kerja meskipun itu hari libur nasionalnya Jepang karena perusahaan asing emang beda jadwalnya. Kalo emaknya tentu karena udah terlanjur excited pengen lihat Musa tampil. Wakakak..
Dari melihat ramalan cuaca pun dengan rain chance 30-40% saya udah pede banget kalo Sabtu itu hujannya pagi doang dan cuma gerimis aja, terus setelah itu bakal terang benderang, apalagi ada ibu-ibu lain yang anaknya tetap undokai di hari Sabtu itu. Eh, beneran dong malah Sabtu itu nggak hujan di atas jam 7 dan udaranya sejuk. Minggunya juga cerah, tapi panasnya nggak nahan. Tumben udah masuk autumn suhu naik di atas 30 derajat gitu. Dengan berat hati kami pun menunggu hari Senin. Biar nggak mati gaya, Sabtu itu Musa diajak nengokin sobat laut kesayangan, si singa laut dan lumba-lumba di Aqua Park Shinagawa yang lumayan dekat dari rumah dan gratis karena Mama masih punya year pass. Lucky us, pas niat nungguin sea lion malah dapat bonus ada penguin show dengan tema undokai. Dua pinguin beradu lari ngelewatin halang rintang.. haha :)) Minggu-nya kami stay di rumah, niatnya biar Musa nggak capek. Papa aja yang masih punya urusan sama fudosan pergi-pergi sebentar.
Cobaan Hari-H Undokai
Sayangnya, kondisi yang masih fluktuatif dengan sakit beraneka ragam sebulanan ini, tiba-tiba Musa malah drop sejak Minggu malam karena alerginya kumat (note: diduga punya bakat asma per usia 1,5 tahun dengan gejala batuk, pilek, dan nafasnya bengek / berisik saat perubahan cuaca). Sedih rasanya dengar batuknya nonstop semalaman. Sempat demam juga seperti biasanya kalo terjadi inflamasi tenggorokan di ‘dalam’. Pagi harinya, kami masih berharap keajaiban, tapi anaknya lemes banget.. sampai bilang “I’m not feeling good” berkali-kali sambil nangis. Sarapan pun sambil batuk-batuk. Parahnya, kami belum punya nebulizer atau alat inhalasi ketika itu. Huhuhu…
Namun, karena event ini sangat penting, setahun sekali, dan ditunggu banget, kami tetap berangkat walaupun nggak tahu Musa nantinya gimana di lokasi. Udah pasrah aja, sih, kalo dia cuma mau lihat dan duduk bareng Papa Mama di area penonton, bahkan guru-gurunya juga bilang hal yang sama, bahwa it’s okay kalo nggak bisa tampil, karena kemarin-kemarinnya dia masih sering mengeluh sakit perut di sekolah. So, there we went..
Sebelum hari undokai, Mama udah sedikit memantau kondisi netizen di Instagram yang sudah undokai. Banyak yang sadis perjuangannya buat dapat tempat nonton strategis. Bangun jam 4, ngantri dari Subuh, pakai bawa kursi antrinya, dll. Duh, dasar orang Jepang hobinya antri dan datang cepat. Wkwk.. Okelah, jadi sesuai rencana, Papa pun berangkat duluan buat take tempat, tapi akhirnya baru sampai lokasi hanya setengah jam dari jam mulai. Pesimis! Tak disangka, ternyata eng-ing-eng.. antrian baru segelintir bapak-bapak! Pas saya datang 15 menit kemudian pun, saya jadi yang pertama di antrian “setelah para perwakilan keluarga pem-booking tempat”. Wah, aneh banget.. pada niat nggak ini nonton? Pikir saya. Emang sekolah Musa terkenal santai di antara TK lain sekitarnya, tapi baru tahu juga para wali muridnya sama-sama santainya. Hahaha :lol:. Tanpa jerih payah, kami dapat tempat paling depan di pinggir. Paling enak sebenarnya duduk di tengah, tapi kami sengaja cari posisi yang dekat toilet.
Aksi Musa di Undokai
Sebelum undokai dimulai, ada pengumuman untuk penonton agar memindahkan sepeda ke dalam halaman sekolah tempat dilaksanakannya undokai. Karena ngantri, lumayan juga jeda waktunya buat Musa pemanasan mood. Dia udah mulai excited lihat properti diletakkan di tengah lapangan dan temannya yang sesama orang Indonesia, Nadhira, sekeluarganya duduk di belakang kami. Tak lama setelah Papa kembali dari markir sepeda, ada panggilan untuk anak-anak agar masuk ke lapangan menemui sensei kelas masing-masing sambil bawa topi dan botol minum. Musa awalnya geleng-geleng menolak, tapi lalu berdiri tegak dan ikutan jalan menuju teman-temannya.
Setelah itu, ada pembukaan undokai dengan tarian sapaan oleh seluruh murid dan guru. Di sini Mama lihat Musa nun jauh di sana masih diam aja nggak ikutan gerak. Haha..

Either still nervous or having no energy, this bro didn’t make any movement at this opening dance :))
Setelah dibuka, semua anak digiring bersama kelas masing-masing ke spot-spot yang telah disediakan di tepi lapangan di luar arena undokai. Kadang kala mereka masuk ruangan, kadang kala hanya bersiap di bawah tenda. Berbekal susunan acara di booklet yang sudah diterima ortu beberapa hari sebelumnya, kami harus pindah-pindah untuk ambil foto dan video antara tempat duduk dan area lain yang lebih dekat dengan lokasi Musa beraksi. Agak susah sih karena mesti misi-misi nyempil di tengah penonton yang emang udah di situ posisi duduknya. Mode zoom in pun terpaksa aktif terus, tapi dengan adanya fotografer yang bisa ambil foto anak dari dekat jadi lebih tenang walaupun nanti hasil fotonya harus beli dan cuma dapat versi cetak .

Undokai run down. The numbers marked were schedule for nenshokumi (年少組:freshmen / first year student). They finished earlier than the seniors.
Agenda pertama acara inti setelah opening adalah tamaire (玉入れ: memasukkan bola). Musa nggak pernah cerita tentang ada atau enggaknya latihan buat sesi ini. Yang dia tampilkan di rumah cuma joget aja. Wkwk.. jadi benar-benar kejutan pas lihat ada lempar-lempar bola gemas oleh bocah-bocah kicik ini. Netnya sengaja dibikin tinggi jadi mereka harus lompat-lompat kaya main basket dan banyaknya bola yang masuk dilombakan antar kelas. Alhamdulillah kali ini Musa mulai gambaru ikut andil meski tak seagresif teman-temannya.
Momogumi, kelasnya Musa, tak disangka bisa masukin 14 bola dan jadi urutan kedua (juara pertama 17 bola), padahal ya kalo ngikutin dari awal sampai akhir kaya nggak kelihatan ada bola yang nangsang di net gitu.. tahu-tahu keisi banyak juga. Teh Nelly yang sebelahan sama Mama pas ngambil video pun bertanya-tanya. Wakakak.

Counting the balls entered. Musa’s class got rank 2 with 14 balls. Wow! Many parents didn’t realize how they made it. LOL
Setelah berjuang masukin bola, anak-anak nol kecil istirahat sebentar di pinggir lapangan sambil lihat kakak kelasnya tanding permainan yang sama. Mereka nonton sambil berdiri! Duh, Mama agak-agak cemas sebenarnya kalo Musa kecapekan, tapi ternyata dia kelihatan enjoy the show sejauh itu.
Tak lama kemudian, tibalah saat Musa beraksi lagi. Kali ini di lomba lari alias kakekko (かけっこ: foot race). Program ini kayanya ada di undokai semua TK dan buat nol kecil yang baru pertama kali ikut, larinya jarak pendek aja dan dikompetisikan dengan 3-4 teman lainnya yang dipilih oleh guru. Baik dari laporan sensei selama persiapan undokai maupun Musa-nya sendiri, Mama juga nggak pernah dengar ada acara lari-lari ini. Cuma mbatin aja, ini kok undokai nggak ada olahraga-olahraga beneran.. tapi malah ada tari-tarian, apa mungkin emang dibuat ada senam ala SKJ aja. Gitu mikirnya kemarin-kemarin, tuh. Ternyata di kakekko inilah bau atletiknya keluar! Hehehe.
Sayangnya, Musa cuma lari sedikit di awal terus lanjut jalan santai sampai agak didorong sama sensei yang jaga karena masih ada antrian lari dibelakangnya. Ealah.. padahal aslinya kan doi jago banget kalo urusan lari, sejak bayi bahkan.

He decided not to force himself to run and walk instead. LOL (taken by photography service from the school)
Gara-gara lari dan rangkaian kegiatan sebelumnya itu sepertinya badan Musa kembali ‘protes’. Dalam kondisi asma kambuh, sebenarnya emang nggak boleh capek, sedangkan undokai kan isinya fisik semua. Alhasil, di program berikutnya, スマイル (Smile) dance, Musa yang udah bagus-bagus ditaruh depan barisan sendiri, tiba-tiba menghilang dari pandangan. Hingga seluruh anak nol kecil membentuk lingkaran di tengah lapangan dengan kelasnya masing-masing, Musa belum juga kelihatan. Hiks .
Barulah kami tahu jawabannya saat tarian yang sering diulangnya di rumah itu dimulai. Musa hanya bisa duduk di pangkuan sensei-nya sambil menonton temannya beraksi. Dia tampak lemas tak berdaya… mukanya juga udah kusut pucat nggak kayak sebelumnya di mana masih ada senyum tipis dan lebar.

The 3rd program for Musa, which should had been his best performance because the dance was his favorite, but unfortunately he dropped again
Kondisi Musa tidak berangsur membaik saat persiapan penampilan berikutnya (lihat run down no.10) yang sebenarnya program terakhir untuk nol kecil hari itu walaupun ada Papa yang menemaninya selama menunggu giliran tampil. Agak kesel juga sih nunggunya emang lamaaa banget waktu itu. Jadi, orang tua atau pendamping anak yang akan tampil bareng udah dipanggil buat briefing dan berbaris setelah dance Musa yang di atas tadi beres. Sementara, masih ada dua acara lain oleh kelas nenchuu dan nenchou. Ada kali 20 menitan anak-anak sama ortunya nunggu di pojokan sana (Mama tetap stay di tiker siap-siap pegang kamera). Dari jauh kelihatan Musa udah bete abis ngamuk-ngamuk minta gendong Papa mulu….
Penampilan dengan ortu ini di luar ekspektasi saya. Kirain bakal ada lari-lari bareng di track tertentu ala benteng Takeshi gitu, ternyata hanya sebatas game ringan di mana si anak disuruh lari ke arah emak babe-nya sambil memperhatikan timing yang tepat. Lebih jelasnya bisa disimak di video cuplikan Insta Story saya di bawah artikel ini. Yang bikin kocak, backsound dan gerakannya itu genit banget ala telenovela sampai Musa kebawa terus sampai beberapa hari pasca undokai. Wkwk.. diam-diam, meskipun sambil marah-marah di panggung sandiwara kala itu, dia memperhatikan juga musiknya.

Musa was tired and refused to join the show, but Papa suddenly pulled him to the ‘stage’ just in case he got interested (but still he cried) and I managed to capture them. Haha.
Alhamdulillah, regardless the struggles, you did a good job, Musa!
Undokai untuk nol kecil pun usai bersamaan dengan break makan siang. Musa kembali ke pangkuan Mama sambil nangis-nangis. Sesak nafasnya kambuh lagi, pengennya tiduran aja, sampai bingung gimana dieminnya. Kami makan buru-buru, tapi Musa sama sekali nggak mau makan. Akhirnya diputuskanlah pamit pulang duluan ke sensei-nya dan hadiah untuk Musa (tiap anak dapat omiyage alias oleh-oleh setelah event) dititipkan ke teh Nelly yang saat itu dengan baik hatinya juga menawarkan pinjaman inhaler anaknya buat dipakai Musa.
Di rumah, siapa sangka Musa kembali ceria dan makan bento lumayan banyak.. hihi, demam panggung juga mungkin doi di lokasi .
Here is my Insta Story of Musa’s undokai.
wah sangat bermanfaat, makasih
LikeLike