Breathing fresh air and seing wild nature. Shosenkyo is located near Kofu city in Yamanashi prefecture. We reached there in about 1.5 hour train from Shinjuku and half an hour bus ride from Kofu station. The whole train journey is covered by Tokyo Wide Pass. (see original post on Aisar’s FB)
Taking pic with random maple tree along the way we walked the riverside of Shosenkyo
The view captured from the bus. We rode bus from the Kofu station to Shosenkyo tourism area.
Reaching Senga Falls after walking down the stairs. Light hiking with beautiful view yet not less crowd.
Senga (main) Waterfall
The second destination is grape orchards. I shared about our journey on my Instagram. Yamanashi is one of the best grape producers in Japan. We came to the farm very late so we had to make sure first before coming if they’re still available for customer visit. A famous farm, Asunaroen, gave us positive response. At 3:30 PM we went there by taxi from Yamanashi-shi station.
Despite the wheezing and terrible cough since the night before day D, Musa fought his weakness to join his first undokai, which was happened to coincide with “Health and Sports Day” holiday in Japan. He almost gave up to go and kept saying “I’m feeling not good”, but his motivation came out as we arrived at the venue and he was able to join all the programs for nenshou group (年少組) until finished. What a beautiful moment to remember the whole life 💙
[The full story will be written in Bahasa Indonesia with picture captions in English]
Sekilas Tentang Undokai
Undokai adalah salah satu event yang paling ditunggu ortu anak sekolahan di Jepang, apalagi yang newbie macam kami 😂. Secara bahasa, undokai berasal dari kata undo (運動) yang artinya olahraga (exercise, sport) dan kai (会), yaitu sebuah pertemuan atau kumpul-kumpul (gathering). Kebayang, kan, maknanya? Acara ini semacam pesta olahraga di mana tiap sekolah mengadakan sendiri-sendiri untuk muridnya. Cuma sehari aja, tapi di situ jadi ajang anak-anak untuk unjuk kebolehan di depan keluarganya. Bukan hanya orang tua, para native biasanya rombongan nontonnya sama kakek, nenek, paman, bibi, atau saudara si anak. Di Ota-ku, area yang kami tinggali di Tokyo, untuk anak-anak berkebutuhan khusus, mereka disatukan dalam satu ajang undokai tersendiri yang diselenggarakan oleh pemerintah kota. Keren, ya, udah kaya Asian Games atau Olympic aja ada versi “Para”-nya juga.
Umumnya undokai diadakan sekitar Oktober sebelum, saat, atau setelah Hari Kesehatan dan Olah Raga yang jadi libur nasional. Namun, sebagian sekolah tingkat SD ke atas ada juga yang lebih dulu mengadakannya di bulan Mei. Menurut saya strategi ini bagus, sih.. jadi kehebohan persiapannya nggak terpusat di satu periode yang sama seperti di Indonesia ketika peringatan Hari Kemerdekaan. Belanja di toko banyak saingan, nyewa baju harus rebutan, semua sibuk beresin tugas masing-masing nggak bisa saling gantiin.. dan sebagainya. Hehe. Efek baiknya juga, TK-TK yang umumnya tidak punya lapangan jadi bisa pinjam gedung SD yang sedang kosong (tidak ada undokai di bulan Oktober). Gedung SD di Jepang memang standarnya harus punya lapangan yang cukup luas untuk kegiatan olah tubuh. Kalo TK palingan halaman buat playground aja punyanya.
The elementary school yard which was used for undokai by Musa’s kindergarten
The next Monday (July 2) will be a big day for Musa. He’s going to begin the journey of being formal student in a Japanese kindergarten. As the newbie, he has to catch up his friends in the class who have already started their school three months ago. Musa couldn’t enter kinder at the same time like other kids once the new academy year nationally kicked off on April in Japan because he was still two years old. However, when a kid turned 3 years, it is possible to apply kinder after normal period as long as the school still has quotas and opens the recruitment. That’s what we did 🙂
Lebih lengkapnya tentang celoteh post Instagram yang saya share di atas akan dibahas di bawah. Ada beberapa hal yang perlu saya jelaskan tentang TK di Jepang.
Agak mengejutkan bagi saya bahwa di sini TK bisa dimulai dari usia tiga tahun. Cepet, ya? di Indonesia umur segitu masih playgroup, sedangkan di Amrik juga masih preschool. Lebih wow lagi kalo nyimak sebagian psikolog, salah satunya bu Elly Risman, menyarankan masuk sekolah baiknya dari umur lima, mengingat di usia 7 tahun lah otak mereka baru siap nerima pelajaran kognitif seperti membaca dan menulis.
Dulu, saya nggak kebayang masukin anak sekolah sedini itu, bahkan sempat terpikir jika kami berada di Indonesia mungkin saya akan pilih homeschooling melihat beban anak sekolah zaman now tidak seperti yang seharusnya. Namun, jujur aja, kalo kami dikasih kesempatan tinggal di negara maju selama masa pendidikan dasar anak, keinginan saya justru sebaliknya: sebisa mungkin anak bisa ikut sekolah. Beda soalnya pendekatan mereka sama negara kita. Di negara maju yg saya tahu seperti Jepang dan Amrik, anak balita nggak diajarin baca tulis, apalagi syarat “sudah bisa membaca” saat masuk SD, dan sekolahnya bisa dibilang isinya banyak main-main aja. Belajarnya sambil main. Mainnya seru-seru, serius, dan fasilitas memadai. Ala-ala Montessori gitu.. banyak program keluar sekolah dan bikin craft juga. Wah, senang lihatnya.. jadi boleh banget laaah masih kicik ikutan sekolah biar kereatif 😂