Official Maternity Shoot of Baby No.2


View this post on Instagram

The first VS the second at the same gestational age: 30 weeks. It’s clear which one was well prepared by seeing the differences: dresscode, property, camera quality, pose, location 🤣. . . Dua foto ini menggambarkan secara gamblang nasib anak kedua yang serba disantaiin. Wkwk.. nggak ada plan pemotretan, nggak ada kembaran baju, nggak punya properti, lokasi seadanya di depan mall, pakai hape dan tongsis ber-tripod yg rusak jadi diberdiriin lalu diganjal botol minum 🙄. Maaf ya, adek.. percayalah ini cuma hal sepele yang nggak ada hubungannya dengan lebih sedikitnya cinta Mama Papa ke kamu nanti. InsyaaAllah sayangnya sama kaya ke mas Musa, perhatiannya juga nggak dibedain, prioritas sesuai dengan kebutuhan kalian, dan secara pribadi Mama punya feeling N bakal jadi pribadi yang lebih mandiri dan ‘nrimo’ daripada kakakmu karena selama di perut pun udah terbiasa bantu Mama ngurusin si mas, gonjang-ganjing di dalem pas naik sepeda ke sana kemari sejak 10 minggu. Belum lagi dengar suara cempreng Mama atau abangmu kalo lagi melting down. 😆 . . Sekilas tentang kontrol kehamilan di Jepang (maaf buat yang nanyain, belum sempat nulis lagi di blog 🙈) .. Kalo versi RS ijk, di usia 28-31 minggu udah disuruh nyiapin hospital bag (tas bawaan barang ke RS). .. Usia kehamilan dihitung 10 bulan, bukan 9 bulan. Jadi saya dianggap udah 8 bulan. .. Trimester 1 dan 3 kontrol tiap 2 minggu sekali, trimester 3 diselang-seling antara dokter dan bidan. Trimester 2 cuma sebulan sekali aja. .. Kenaikan BB maksimal scr umum 10-11 kg, tapi di panduan sebenarnya tergantung BB awal. Dokter sini strict soal ini kalo udah over naiknya. .. Nggak ada vitamin/suplemen yg diresepin/dianjurkan (asumsi orjep makannya udah proper), jadi kita inisiatif sendiri beli asam folat, zat besi, kalsium, multivitamin, dsb. .. Tiap kontrol harus pake voucher dr pemerintah kalo mau dapat subsidi biaya. .. Tes genetik ga ada / ga ditawarkan, adanya kewajiban bayar asuransi buat jaga-jaga kalo anaknya cacat (spesifik “cerebral palsy” —> ini masih ga ngerti kalo kondisi lainnya gimana). .. Tipikal dokter-dokter di sini kaya di Amrik: “lu nggak nanya gue ga jelasin” dan “ga ada problem ga ada komentar” 😁.

A post shared by Ega Dioni Putri (@egadioniputri) on

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s