Derawan Islands is part of Berau regency in the eastern of Borneo. We went to two of the islands, Derawan and Maratua, while visiting our family in Balikpapan. I can’t tell you enough about the beauty, but let me pick the most thrilling story when we were trapped in Maratua Island and couldn’t go back to our hotel in Derawan Island due to high tidal wave and strong wind following thunderstorm at the night beforehand.
Family portrait in the paradise called “Maratua”, the Maldives of Indonesia
First info about the islands came from Aisar’s big brother we visited who has been there for twice. Until D-1 before departing, the guide and travel package was not decided yet, but finally we got a deal price for full trip boat and meals. Unfortunately, we couldn’t cancel the hotels we booked via app long time ago even though they actually offered much higher price than the travel. So, it’s better to get prepared from the beginning by finding trusted travel guide before you come because the service starts since in the airport (ex: Kalimarau airport in Berau.
Jadi, tips kalau mau ke pulau-pulau gini: JANGAN NGETENG, deh! Bisanya sih bisa, tapi resikonya tinggi dan buang waktu.
Kenapa buang waktu? karena begitu tiba di bandara, kita butuh naik mobil sekitar 2-3 jam menuju ke pelabuhan Tanjung Batu. Nah, itu kalo misalnya nggak pakai paketan dan nembak langsung, belum tentu ada mobil rentalan tersedia. Harus nunggu, deh. Kalo pun ada yang datang, belum tentu juga mobilnya bisa ditumpangin karena bisa jadi orang lain udah ada yang booking via online. Lalu, begitu tiba di pelabuhan, kalo kita ambil paket, akan ada speed boat yang sudah menunggu. Sesampai di pulaunya, juga sudah ada staf hotel yang akan menyambut. Mereka saling berkoordinasi terkait waktu kedatangan dan keberangkatan pelanggan. Makan siang atau malamnya pun sudah jelas di mana dan kita nggak perlu bayar apa-apa lagi. Terkait makan, bisa di warung atau catering, tergantung situasi kondisi dan kebijakan masing-masing agen. Kami hanya makan sekali saat dinner di pulau, kemudian keesokan harinya dapat bento (dikotakin tupperware) karena seharian keluar naik boat ke pulau-pulau sekitar Derawan, yang akhirnya kami terjebak di Maratua (baca ceritanya di bawah).
Contoh beresikonya ya kalo misalnya ada kejadian tak disangka seperti kami, andaikan ngeteng mungkin kita nggak akan diperhatikan atau diurusin segitunya. Waktu terdampar di Maratua, kami ketemu satu keluarga yang dadakan gitu ke Derawan-nya. Dari Samarinda, mereka nyarter mobil beserta sopirnya. Ternyata sopirnya nggak paham jalan dan kondisi mobilnya pun jelek, pakai mogok dan harus bermalam segala di tengah perjalanan karena sopirnya nggak kuat. Wkwk. Terus pas udah sampai di pulaunya, mereka pun sepertinya diarahkan langsung ke penginapan terdekat dari pelabuhan yang tampaknya sudah marked up juga harganya. Selain itu, boat mereka tentu saja juga ‘sedapatnya’ yang ada di pelabuhan. Kalo ditotal harga sewa boat sehari jatuhnya lebih mahal daripada kalo kita ambil paketan. Sama seperti harga hotel yang sudah disinggung di atas, kami dapat harga 2x lipat di aplikasi Trav*lok* daripada tarif hotel yang ditawarkan dalam paket, padahal fasilitasnya lebih bagus yang di paket T___T.
Selanjutnya, biarlah posting-an Instagram berikut yang melengkapi cerita kami :))