#ea5512 Mission accomplished! Met one of my fave writers Julie Nava with her little princess, Alyssa, a super friendly girl (bagi dong tips biar anaknya murah senyum kaya doi.. :D). A year ago I read her memoar about Imam Shamsi Ali (www.shamsiali.com), a notable Muslim Scholar and ex-Imam of New York’s largest masjid / Islamic Center who has been listed in 500 Most Influential Muslims in the World and 7 Most Influential Religious Leaders in New York City. Waktu beli bukunya, saya baru banget dengar nama Shamsi Ali. Saat itu sebagai calon imigran Amrik, kangmas ngenalin ke saya kalo ada orang Indonesia yang jadi imam besar di Land of Freedom itu. Begitu selesai baca kisahnya dan buka halaman terakhir di mana ada profil penulisnya, saya kaget lihat kata “Michigan”. Oh, mungkinkah saya berjodoh ketemu mbak penulis ini nantinya? Begitu pikir saya saat itu dan ternyata baru sadar kami udah segrup di FB. Saya lalu SKSD kirim pesan ke si mbak, iseng nanya-nanya soal Michigan life (pake bumbu obrolan soal buku dan nulis juga dooong wkwk), daaan duh.. ternyata mbaknya ramah banget, sama sekali nggak ada gap antara dia dan fansnya (lho? :D), terus kami tambah kenal kayanya pas rame-rame pilpres kemarin ya, jeng? Xixixi. Sejak saat itu saya berharap bisa ketemu kalo jadi ke Michigan. Dengan izin Allah, kami beneran dikirim ke Michigan dan kemarin bisa ketemu sama mb Julie, bahkan berkesempatan nembak beliau buat ngisi di Pengajian Michigan (jangan kapok, ya.. tempatnya kadang jauh dan pesertanya gokil-gokil :P). Thanks for the precious sharing about your journey in writing this inspiring book, mbak.. termasuk pengalaman saat menguntit sang imam di Jamaica. Sekali lagi mengingatkan kami bahwa Islam itu fitrahnya memang rahmatan lil ‘aalamiin (blessing to all). IMHO, zaman sekarang yang keren bukan dakwah sambil neriakin ketakutan terhadap ini-itu (yang bahkan bikin umat Islam sendiri mengkerut dan sibuk curiga hingga lupa upgrade diri), tapi gimana lebih ngejual bagusn ya ajaran agama kita ke pihak lain dan banyak-banyak nyiapin counter buat meluruskan mispersepsi yang terlanjur menyebar.. tsah. Khusus Imam Shamsi, menurut mb Julie, kelihaiannya reaching out (menjangkau) semua kalangan adalah kunci sukses dakwahnya. Dibanding menunggu orang datang kepadanya, beliau memilih untuk blusukan langsung ke lokasi-lokasi objek dakwah nongkrong, ngundang mereka datang ke masjidnya, dan ngajak diskusi. Bedanya sama misionaris yang pernah ngetok pintu rumah saya di Jepang atau Amrik sini (uhuk), tujuan beliau, bukan untuk meng-Islam-kan mereka yang sudah beragama lain atau belum beragama, bahkan seperti juga ditegaskan dalam bukunya, ia tidak pernah berani mengajak orang lain untuk jadi mualaf karena hidayah itu hak prerogatif Allah. Kalo pun ada yang masuk Islam melaluinya, itu bonus aja. Meski demikian, saya ingat sekali kisah saat beliau pernah akhirnya bertanya pada salah satu ‘pasien’-nya, seorang direktur bank tersohor Amrik, yang udah lama rajin ikut ngaji tapi nggak kelihatan tanda-tanda mau syahadat dan rupanya ia juga menunggu dicolek sang imam. Aww.. haduh malah spoiler, sono beli sendiri ya bukunya *bantu promosi*. Sebenernya masih banyak tentang sang imam yang ingin saya bagi di sini, baik dari memori hasil baca buku mb Julie itu maupun cerita beliau saat bedah buku di Salman ITB. Cuma ntar jadi ‘jaka sembung bawa golok’ sama foto ini 😀 Mudah-mudahan bisa ngelanjutin cerita tentang Imam Shamsi setelah ketemuan di NYC nanti (aamiin). Our another mission is for inviting him to give speech in Islamic Center of Ann Arbor that we can say “Mind you, he’s Indonesian, brosis”. Why not? 🙂
Posted by Ega Dioni Putri via Facebook